Sabtu, 09 Oktober 2010

PEMBERIAN VAKSINASI ANTI RABIES TERHADAP KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES SECARA INTRADERMAL DAN INTRAMUSKULAR DI SUMATERA BARAT DAN DKI JAKARTA TAH

Ditinjau dari segi epidemiologi, secara geografis tahun 2001 di seluruh dunia diperkirakan terdapat 30.000 – 40.000 orang yang meninggal karena Rabies dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Penyebab kematiannya adalah karena tidak mendapatkan vaksin anti rabies dan ini disebabkan karena masyarakat tidak tahu tentang bahaya akibat gigitan hewan tersangka rabies dan cara menghindari diri dari terjangkitnya kasus rabies. Petugas kesehatan belum mengerti cara penanganan kasus gigitan hewan tersangka rabies dan faktor yang lain adalah vaksin anti rabies memang jumlahnya terbatas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian vaksinasi secara intradermal dibandingkan dengan cara intramuskular terhadap kasus gigitan hewan penular Rabies, hasilnya akan sangat diharapkan bermanfaat bagi masyarakat umum, Pemerintah, karena efisiensi biaya dan akan efektif dalam menetralisasi virus rabies.
Pemberian VAR saat ini yang dilakukan pada program Pemberantasan Rabies pada manusia secara nasional adalah dengan cara intramuskular diberikan empat kali dengan dosis masing-masing 0,5 ml, jumlah dua cc, cara pemberiannya yaitu pada hari pertama berkunjung ke Puskesmas / Rumah Sakit diberikan dua kali ( 0,5 ml ) di lengan kiri sebelah atas ( deltoid kiri ) dan dilengan kanan sebelah atas ( deltoid kanan ), selanjutnya pada hari ke tujuh diberikan satu kali ( 0,5 ml ) kanan atau kiri, sedangkan pada hari ke duapuluh satu diberikan lagi satu kali pada deltoid kanan atau kiri. Pemberian secara intradermal jadwal pemberian vaksin anti rabies sama, hanya dosisnya lebih sedikit ( yaitu 0,2 ml ) per kali pemberian. Besar sample yang akan dipilih adalah 200 sample kasus gigitan hewan penular rabies, semua umur, kemudian diperiksa keadaan luka gigitannya ( gigitan anjing, kucing atau kera ), selain itu juga diperiksa secara fisik keadaan kesehatan secara umum oleh seorang dokter / paramedis yang berpengalaman dan sudah dilatih bekerja di Rabies Center, dan sample juga tidak sedang menderita HIV/AIDS, Malaria dan penyakit berat lainnya.

Dari 200 sample tersebut akan dibagi dua yaitu 100 sample diberikan VAR secara intradermal dan 100 sample sebagai kontrol diberikan VAR intramuskular. Lokasi penelitian Rabies Center di Sumatera Barat dan DKI Jakarta. Penelitian serupa telah dilaksanakan di Negara lain, dan vaksin rebies jenis Purified Vero Rabies Caccine ini telah dinyatakan aman untuk dipakai dalam pemberian VAR, terhadap kasus gigitan hewan penular rabies yang bersedia ikut dalam penelitian ini terlebi dahulu akan diambil darahnya sejumlah tiga ml – lima ml oleh dokter / paramedis / petugas Laboratorium yang telah berpengalaman dalam pengambilan darah tersebut, pengambilan darah menggunakan jarum suntik sekali pakai untuk setiap pasien guna mencegah infeksi. Pengambilan darah dilakukan lima kali yaitu pada hari ke 0, 7, 14, 28 dan 90, setelah itu pasien baru diberikan vaksin anti rabies yaitu pada hari ke 0, 7, dan 21, 90. ( sesuai penjelasan tersebut diatas ).
Seperti imunisasi pada umumnya akan terjadi demam, kemerahan sekitar suntikan, gatal, ada suatu pengeran setelah suntikan tetapi itu akan sembuh dalam beberapa hari ( reaksi imunologik ). Apabila ada demam pasien sebelumnya akan dibekali obat penurun panas ( Paracetamol ) dan juga pasien akan dibekali vitamin. Pemberian vaksinasi anti rabies dengan vaksin purified vero rabies ini oleh kasus gigitan hewan tersangka rabies akan sangat terlindung dari penyakit rabies yang bersifat fatal.
Penelitian dilakukan oleh Ditjen PPM & PL Depkes dan RSPI – SS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar